
Lima
tahun hidup menggelandang di Malioboro, Yogyakarta
antara 1970-1975 ketika belajar sastra kepada
guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya
misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha.
Selain
itu ia juga pernah mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas
Iowa, Amerika Serikat (1984), Festival Penyair
Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).
Dalam
kesehariannya, Emha terjun langsung di masyarakat
dan melakukan aktivitas-aktivitas yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian,
agama,
pendidikan politik,
sinergi ekonomi
guna menumbuhkan potensialitas rakyat. Di samping aktivitas rutin bulanan
dengan komunitas Masyarakat Padhang mBulan, ia juga
berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, rata-rata 10-15 kali per bulan bersama Gamelan Kiai Kanjeng,
dan rata-rata 40-50 acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Selain
itu ia juga menyelenggarakan acara-acara bersama Jamaah Maiyah
Kenduri Cinta sejak tahun
1990-an yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki. Kenduri Cinta adalah
salah satu forum silaturahmi budaya dan kemanusiaan yang dikemas sangat
terbuka, nonpartisan, ringan dan dibalut dalam gelar kesenian lintas gender,
yang diadakan di Jakarta setiap satu bulan sekali dan sudah beralngsung lebih
dari 10 tahun.
Di kota
lain juga masih mempunyai agenda rutin bulanan seperti Mocopat Syafaat
Yogyakarta, Padhangmbulan Jombang, Gambang Syafaat Semarang, Bangbang Wetan Surabaya, Paparandang Ate Mandar, Maiyah Baradah Sidoarjo,
dan masih ada beberapa lain yang bersifat tentative namun sering seperti di
Bandung, Obro Ilahi Malang,
Hongkong dan Bali.
Dalam
pertemuan-pertemuan sosial
itu ia melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi,
metoda perhubungan kultural, pendidikan cara
berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar